My Friends

Welcome to my blog. have a nice day and happy reading

Senin, 14 November 2011

Cerpen Life Is Never Flat

Life is Never Flat

Hidup  tak selamanya berbahagia. Hidup tak akan pernah datar. Selalu ada hambatan yang memberikan ketegangan yang berbanding dengan kekuatan arus kehidupan yang semuanya sama. Namun tak ada yang tak mungkin di dunia ini. NEVER SAY NEVER. Ada manusia yang sempurna. Namun tak menutup kemungkinan untuk manusia yang terlahir dengan keadaan kurang sempurna.
Aku terlahir dengan fisik yang sempurna. Aku bisa melihat, mendengar, menyanyi, meraba dan bernafas. Ayah ibu memanjakanku dan menempatkan diriku sebagai Princess Fairy yang berkuasa di dunia Fantasi. Aku selalu bahagia menapaki hidup ini. Kebahagiaanku selalu mengiringi setiap langkahku dimasa kecilku. Bagiku, anggapan LIFE IS NEVER FLAT itu tak akan pernah ada dihidupku yang ku anggap sempurna saat itu. Kehidupan dan masalahku bagaikan lautan tanpa ombak besar, yang ada hanya gelombang-gelombang kecil yang menghantam karang, dan mengikisnya sedikt demi sedikit. Dan jiwaku berkembang dengan sempurna. Kesabaran, ketulusan dan kebijaksanaan tertanam dengan sempurna dalam jiwaku. Meski keras kepala itu selalu mengikisnya, namun tak akan pernah bisa runtuh.
Aku selalu melewati masa kecilku tanpa ada hambatan. Semangat serta ketegangan hidupku selalu bergelora. Aku selalu bersemangat untuk berpetualang tanpa henti, tanpa melihat medan ataupun hambatan serta akibatnya. Yang ada diotakku saat itu hanyalah kesenangan. Aku melompat dari satu lempeng bumi ke lempeng bumi yang lain. Aku berlari dan terus berlari mendekati cakrawala bumi. Dalam hati kecilku, aku selalu berdoa dan berjanji untuk selalu berlari mengejar cakrawala hingga langit ke tujuh.
Namun janjiku ini pupus dan hilang tak berbekas. Untaian kata penuh arti itu kini kupendam dengan rapi di hatiku yang paling dalam. Kini aku hanya bisa mengingat apa yang telah membuatku tersenyum begitu lepas saat itu, dan berharap waktu dapat berputar kembali ke masa lampau. Aku kini tak bisa berlari bebas, tak bisa melompat bahagia, dan berbahagia seperti sedia kala. Aku kini seperti anak yang kurang sempurna. Bukan karena aku terlahir dengan fisik yang kurang sempurna, bukan karena ragaku yang kurang sempurna, tetapi jiwaku yang telah cukup menderita, mungkin akan semakin menderita. Kesehatan tak sepenuhnya mendukung apa yang ingin aku capai. Setiap kali duduk melamun, aku selalu teringat betapa  buruknya keadaanku saat ini. Aku sangat bosan dengan obat, aku takut dengan jarum dan semua yang ada di dunia medis kini adalah musuhku dan ancaman di kehidupanku.
Bila melihat teman-teman berolahraga sesuka hati, aku begitu iri dan ingin sekali aku berontak, namun sekuat apapun aku berontak, tak akan ada yang dapat memahamiku. Setiap kali aku mendapatkan teguran dari guru olahragaku, hatiku terasa begitu sakit dan hendak meledak tak tersisakan. Dan akhirnya aku harus meninggalkan bangku sekolah. Kesabaranku saat ini telah terkikis oleh gelombang-gelombang kecil masalah dalam hidupku selama ini dan bersatu untuk menyerangku saat ini. Kini aku terkena anemia dan tak boleh terlalu lelah. Setiap hariku kini hanya kuhabiskan dengan beristirahat dirumah dan dan belajar dirumah dengan guru homeshoolingku yang setia menemaniku. Aku begitu lemah lahir dan bathin. Fisikku yang semakin lama semakin buruk ini tak sanggup menahan kepedihan hatiku melihat teman lain bermain dengan leluasa dan tak mendapat teguran guru manapun. Hidupku kini tak  lagi berguna, justru hanya memenuhi dunia ini.
Pagi ini, dihari yang paling spesial, dihari ulang tahunku, aku ingin memiliki kegiatan yang berbeda dari biasanya. Aku pun telah menyusun strategi dan akan kulaksanakan strategiku tanpa ada yang mengetahui. Pukul 05.00 aku telah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk berlari pagi. Aku ingin sekali merasakan bagaimana otot-otot yang ada di tubuhku ini berkontraksi kembali. Selagi mentari masih bermimpi, aku berusaha keluar rumah tanpa membangunkan siapapun dirumah ini. Namun, ketika satu langkah kecil lagi aku berhasil keluar, tiba-tiba dari arah depan terlihat sepasang mata yang tak asing buatku, ya, itu memang mata Mbak Ani, pembantu dirumahku.
“Mbak Kheisha mau kemana? Entar dimarah ibu lho” sapa mbak ani ramah.
“sstt... mbak ani jangan keras-keras, entar ibu bangun, aku hanya mau cari angin di dekat gerbang rumah” jawabku.
“ tapi mbak, saya takut dimarah ibu, kalau tahu mbak Kheisha keluar kamar” kata mbak ani sedikit melarangku.
“kalau begitu, suruh Kevin menemaniku” kataku.
“baiklah mbak, tapi hanya kali ini saja ya” kata mbak ani.
            Nama lengkapku Shinta Kheisha, dan biasa dipanggil Khei, dan Kevin adalah sepupuku yang tinggal dirumahku sejak kecil karena orang tuanya bekerja di luar negeri. Kami berdua sangat lengket bagaikan prangko dan lem. Kevin hampir setiap waktu menemaniku yang tergeletak diranjang penuh kepahilan dan selalu menguatkanku. Dan saat ini pun, Kevin hendak menemaniku.
**********
Kevin kini telah berada disampingku dan aku menjelaskan rencana awalku yang seharusnya tak boleh diketahui siapapun. Kevin sedikit melarangku dan beralasan takut terjadi apa-apa denganku. Namun, bukan aku kalau tak keras kepala. Aku terus memaksa dan akhirnya Kevin mengizinkan. Kami berdua berlari kecil mengintari kompleks. Saat setengah jalan, aku berniat mengajak Kevin balap lari, dan yang kalah harus traktir es krim. Kevin setuju dan kami segera melesat. Aku tertinggal sangat jauh dari Kevin. Namun, aku tetap berusaha mengejar ketertinggalanku. Kaki-kakiku yang telah lama tak bergerak, berusaha melepaskan diri dari tubuhku. Kepalaku terasa berat dan mataku semakin berkunang-kunang. Dan akhirnya .... gelap. Aku tergeletak lemah di jalan dekat sekolahku dulu. Tak ada yang menggubris keadaanku. Kevin yang saat itu baru menyadari ketertinggalanku, berlari kembali kearah semula dan menemukanku dengan keadaan lemah, hidungku yang terus dialiri darah segar. Kevin panik, ia berusaha menyelamatkanku. Ia menghentikan taksi dengan cara tak lazim yaitu berdiri ditengah jalan. Dan akhirnya aku dapat dibawa ke rumah sakit. Kevin meminta suster untuk menemaniku sejenak, karena ia ingin mengabarkan keadaanku kini kepada keluargaku. Ia tak takut terkena ocehan atau bahkan tindak kekerasan yang akan diterimanya dari orang tuaku.
Dalam mimpiku, aku bertemu dengan seorang wanita cantik, bergaun putih, dan bersayap transparan, mungkinkah itu malaikat? Entahlah, aku tak tak tahu benar tidaknya. Aku berusaha berbicara dengannya.
“Kakak ini malaikat?” kataku polos.
Sambil tersenyum, malaikat tadi menjawab, “ ya, kakak ini malaikat Tuhan yang selalu memperhatikan gerak-gerikmu didunia.
“kakak, kalau begitu, sampaikan salamku kepada Tuhan dan aku ingin disini saja, bermain denganmu, dan berlari sepuasnya tanpa  penyakit menyebalkan itu.” Kataku lagi.
“Khei sayang, LIFE IS NEVER FLAT. Jangankan kamu di dunia, kakak disini pun juga mempunyai masalah, sayang.”
“tapi Khei nggak mau kembali” rengekku.
“sayang, Kevin dan keluargamu yang lain merindukanmu, kamu tidak kasihan dengan mereka? Percayalah sama kakak, Tuhan memberikan jalan hidup yang berbeda kepada setiap umatnya, dengan tujuan yang sempurna. Dan kesempurnaan abadi hanya milik Tuhan, kembalilah, dan bersyukurlah selalu kepada Tuhan.” Malaikat tadi menjelaskan dengan sabar.
“ baik kak, tapi izinkan aku selalu bersamamu, meski aku berbeda dunia” kataku.
“ sayang, kakak selalu ada buat kamu di hati kamu, berjanjilah kepada kakak untuk selalu berdoa dan berusaha untuk kembali sehat dan menggapai impianmu”
“ iya kak, Khei janji akan selalu bersyukur, Khei ingin punya bukti kalau kakak selalu bersama Khei”
“sayang, kakak kasih kalung ini buatmu, tapi hanya kamu dan Kevin yang bisa melihat, bila kamu ada masalah, ceritakanlah pada kalung ini, dan kakak akan datang untukmu”
“terima kasih kakak, sampai jumpa, aku menyayangimu”
            Senyuman termanis dari kakak malaikat itu mengiringiku kembali ke duniaku. Di dekat ranjangku, sedang terjadi pertengkaran hebat. Hingga semua tak menyadari aku telah terbangun. Sayup-sayup aku mendengar ayah yang memarahi Kevin. Aku mendengar Kevin berusaha memberi penjelasan, namun akhirnya ayah berseru, “ Kevin, kamu pergi dari keluarga om, dan kembalilah kepada orang tuamu di jerman”.
“baiklah, jika itu yang om inginkan, akan aku penuhi” jawab Kevin.
Aku tak menduka akibat rencanaku akan serumit ini. Tanpa sadar aku berteriak, “ aku ingin ikut Kevin, dan sehat bersamanya”. Perkataanku ini mengejutkan semua orang yang ada di ruangan ini. Mereka baru menyadari kehadiranku kembali di dunia ini. Kevin bahagia dan ia terkejut melihat kalung yang sama dengan yang ada di lehernya. Dan kemudian ia tersenyum. Ayah masih tetap marah, dan Kevin menepati janjinya untuk meninggalkan kami. Aku berusaha mengejar, namun tak dapat  kuraih tangannya kembali. Aku begitu sedih dan kalungku bersinar kemudian terdengar suara kakak malaikat memberikanku semangat dan berjanji mempertemukanku dengan Kevin.
*************
            Empat tahun berlalu. Kini aku telah sangat sehat seperti janji kakak malaikat. Aku kini selalu bersabar, berdoa dan bersyukur. Empat tahun sepeninggalan Kevin, hidupku membuatku bangkit dari keterpurukan dan berusaha untuk sehat. Setiap ada masalah, selalu aku mengadu dengan kakak malaikat. Kini aku tinggal menunggu kakak malaikat menepati janjinya untuk mempertemukanku dengan Kevin. Hari ini aku bertanding basket dengan pemain basket asal jerman. Aku kini berhasil menjadi atlet basket yang siap mengharumkan nama Indonesia. Dan saat ini semangatku telah meluap untuk mengharumkan nama Indonesia di Jerman. Aku bertanding secara fair dan hasilnya pun begitu membanggakan, kami mendapat juara. Dan saat penyerahan trofi, aku terkejut karena yang menyerahkan itu tak asing buatku. Seorang laki-laki yang gagah dan berwibawa yang tak pernah pergi dari hatiku. Dialah Kevin. Dan aku melihat kalungku bercahaya dan kalung Kevin terlihat, kemudiab bercahaya. Mulai detik ini, aku ikut bersama Kevin yang menjadi salah satu pejabat di Jerman, namun bila ada pertandingan aku selalu berjuang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Life Is Never Flat dan No Body Perfect.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar